Thursday, July 5, 2007

WHY FEEL GUILTY?

Temenku tanya, "Gimana caranya mencintai seseorang tanpa harus menyakiti orang lain?" Orang lain yang dia maksud adalah orang yang cintanya tidak bisa dia balas. Dengan kata yang lain mungkin begini, bagaimana mungkin kita bisa mencintai seseorang dengan total dan lepas, jika di saat yang sama kita juga menyakiti orang lain karena kita nggak bisa membalas cintanya. Lebih singkat lagi, bagaimana mungkin kita bisa mencintai dan menyakiti di saat yang bersamaan. Cinta yang kita rasakan mungkin akan terasa kotor dan nggak bisa "penuh" karena di sisi lain kita juga menyakiti orang lain. Intinya adalah kita tidak bisa merasakan kebahagiaan cinta dengan total karena kita merasa bersalah.

Merasa bersalah? Why? Apa yang kita lakukan? Apakah kita menyakiti orang tersebut? Apa yang kita lakukan sehingga membuat orang tersebut sakit hati? Yang kita lakukan cuma "tidak membalas cintanya". Itu sama saja dengan tidak melakukan apa-apa, bukan? Lalu kenapa kita merasa bersalah? Jawabannya adalah, "kita tidak perlu merasa bersalah". Selama kita tidak melakukan sesuatu dengan sengaja yang membuat orang tersebut sakit hati, berarti kita nggak salah.

Kalau orang tersebut sakit hati karena cintanya tidak terbalas, berarti yang salah adalah cinta. Atau bahkan orang tersebut sendiri yang salah, karena tidak bisa mengendalikan atau setidaknya memahami cinta. Sangat perlu dipahami dan diingat bahwa CINTA ADALAH PEDANG BERMATA GANDA. Kita bisa menggunakan satu sisi untuk mencintai orang lain. Tapi kita juga bisa tersakiti oleh sisi yang satunya. Cinta datangnya tidak bisa diduga. Oleh karenanya sangat perlu kita memahami sifat cinta dan belajar menghadapinya. Itu berarti kita harus memahami diri kita sendiri dulu.

Kita semua tahu bahwa cinta itu datang dengan tiba-tiba dan kita tidak bisa memilih kapan cinta itu datang menghampiri kita. Oleh karena itu, kesiapan untuk menghadapi cinta adalah hal yang mutlak. Tapi kesiapan yang bagaimana? Satu hal yang jelas, siap untuk sakit hati. Tidak ada orang yang mau merasakan sakit hati. Tapi dalam cinta, sakit hati itu makanan sehari-hari. Jika kita dirundung cinta, sepersekian detik lirikan manja bisa menjadi surga dunia. Sebaliknya, sedikit saja gerakan tubuh yang kurang berkenan bisa menyebabkan perang dunia!! Ingat, PEDANG BERMATA GANDA.

Sakit hati yang kita rasakan saat mencintai (dan saat apapun) adalah resiko pribadi yang mutlak menjadi tanggung jawab kita yang merasakan. Sama sekali bukan menjadi tanggung jawab orang lain, sekalipun orang tersebut yang menyebabkan kita sakit hati. Kita tidak mungkin minta pertanggungjawaban orang lain atas sesuatu yang kita rasakan. Itu tidak masuk akal! Matahari boleh terbit dari barat, tapi menurutku itu tetap nggak masuk akal. Kenapa nggak masuk akal? Karena orang tersebut nggak mungkin tahu persis apa yang kita rasakan. Yang tahu persis ya kita sendiri yang merasakan. Orang lain mungkin bisa membantu meringankan sakit hati kita dengan menjadi teman cerita atau apapun. Tapi tanggung jawab untuk memulihkan perasaan kita ada pada diri kita sendiri.

Banyak orang yang berpikir begini saat mereka merasakan sakit hati, “Ini gara-gara kamu, jadi kamu yang harus memperbaiki(menyembuhkan)!”. Ini sama sekali bukan kalimat yang membangun. Karena kita jadi tergantung pada orang lain. Akan bisa dimengerti jika yang perlu diperbaiki adalah barang-barang yang sifatnya material. Tapi saat menyangkut perasaan, konyol sekali jika kita mengandalkan orang lain. Kalau aku akan berkata begini saat sakit hati, “Fuck you, I can cure myself”. PERASAANKU ADALAH TANGGUNG JAWABKU, BUKAN ORANG LAIN. Kalimat ini sudah menjadi salah satu pegangan hidupku selama bertahun-tahun.

Aku nggak pernah menyalahkan orang lain atas apa yang aku rasakan, sekalipun orang tersebut yang menyakiti hatiku. Karena apa? Karena nggak akan ada habisnya. Bayangkan saat kita marah. Perasaan marah kita menyuruh kita untuk berkata “anjing!”. Saat kita mengatakannya, perasaan marah itu minta lebih. Dia minta kita berkata “bajingan!”. Lalu saat kita turuti, si marah tadi menyuruh kita untuk memukul orang yang bersangkutan, lalu menendang, menusuk, membunuh, membakar atau apapun, sebagai bentuk dari rasa marah kita. There is no end of this. That kind of feeling feeds and grows. Semakin kita menuruti perasaan-perasaan seperti itu, semakin mereka minta lebih.

Kembali lagi ke awal. Jadi segala macam perasaan yang kita rasakan adalah murni tanggung jawab kita, sekalipun orang lain yang menjadi penyebab. Jika kita jatuh cinta, berarti kita harus siap sakit hati. Atau setidaknya menyiapkan tameng agar kita tidak terluka oleh salah satu sisi pedang. Bagiku, tameng itu adalah logika. Bagaimana kita mencerna situasi dan fakta secara adil tanpa dipengaruhi perasaan SAMA SEKALI. Apakah susah? Well, jawabannya relatif. Akan kubahas di lain posting.

Buat temenku yang punya pertanyaan di awal tadi, nggak usah kuatir. Selama kamu nggak melakukan sesuatu dengan sengaja yang bermaksud menyakiti orang tersebut, you are innocent. Jadi jangan merasa bersalah. Jika dia merasa sakit hati, itu resiko dia karena (mungkin) mencintaimu. There is nothing you can do. Mungkin kamu bisa minta maaf karena nggak bisa membalas cintanya, kalau itu bisa membuatmu sedikit lega. Tapi yang jelas, perbuatan itu semata-mata hanya demi menjunjung etika sosial. Bukan untuk menghilangkan sakit hatinya. Sakit hatinya bukan urusanmu. Kok tega sih? Ini bukan masalah tega atau nggak. Ini masalah kenyataan. Kenyataannya memang kamu nggak mungkin mengobati sakit hatinya. Yang bisa adalah dia sendiri. So, leave it to him. Just do what you have to do and want and do it right. Other than that is not your problem. Live free and love free….



6 comments:

Nining Sutrisnaningsih said...

wah, postingmu membuatku merasa naive...
I know that such situation, like having another person crush on u will get to hurt one of feelings... of both feelings, or three feelings.. lho...
cuman.. aku kie takut akan karma... somehow i believe once i hurt someone, someday i will get hurt by someone else.... lha kalo sing hurt me is the guy i love...
dadi ngomongke karma ya ndung... mesti bar iki kowe ngepost tentang karma....

Indung said...

wah...nek ngomongke karma ra bar2 ning.nek kamu nggak melakukan apapun dengan sengaja kan berarti ra ono karma tho?nek aku yakin karma ki akibat seko perbuatan yang disengaja.koe kan rak bermaksud menyakiti tho?koe cuma berusaha meraih your own happiness.what's wrong with that?nothing!toh sekalipun suatu saat koe merasakan sakit hati, teori yang sama akan berlaku buatmu.sakit hatimu yo tanggung jawabmu.ngopo wedi sakit hati?cepat atau lambat, dalam kondisi apapun kita pasti akan sakit hati.kui hal sing jelas.ra perlu wedi karo hal sing jelas...

Nining Sutrisnaningsih said...

yo bener sih ndung.. aku selalu memprediksi hal yang terburuk yang akan terjadi.. tapi kok malah aku memposisikan diriku pada posisi siap siap ya... kan malah tegang terus.. hahaha.. iki kok malah ngalor ngidul...

ninaz said...

kadang perlu juga lho ning memprediksi hal terburuk..istilahe sedia payung sebelum hujan..walaupun terdengar klise tapi memang bener juga to??..

maya kurnia said...

aku seneng baca blogmu ndung, such an enlightment...walah..keep writing!!!

Indung said...

siap-siap sih rapopo,nin...dalam kasuse nining berarti siap2 nek deweke disakiti damir? ngapain? malah ra iso enjoy...lagian kekhawatirane nining kan gak beralasan...cuma wedi karepe dewe...jadi rasanya gak perlu memperruwet saat ini dengan pikiran2 yang belum tentu akan terbukti...malah repot...yang setuju angkat tangan...